Tokoh kedua yang diusulkan menjadi Pahlawan Nasional adalah almarhum Sutrisno sosok yang tak bisa lepas dari sejarah Kabupaten Pacitan. Dia adalah yang menciptakan lambang daerah Pacitan yang dipakai hingga saat ini.
“Karya cipta Almarhum Sutrisno yang lahir di Kelurahan Ploso Pacitan ini merupakan ekspresi seni sangat melegenda hingga saat ini. Wujud karya yang bisa kita lihat sampai sekarang salah satunya lambang daerah seperti yang kita saksikan ini,” kata Indrata Nur Bayuaji.
Sementara itu, KH Hamid Dimyati adalah mahkota Pondok Pesantren Tremas, Pacitan. Pada masa kepemimpinannya, Pondok Termas naik kelas, berkembang menjadi pesantren luhur yang dilengkapi perpustakaan paling komprehensif. Pondok Tremas menjadi arena uji coba kemampuan para santri senior sekaliber Kiai Ali Maksum. Santri yang kelak dikenal sebagai pembaharu pendidikan Islam, Prof Mukti Ali, mulai belajar filsafat di Tremas atas arahan Kiai Hamid. Sosok visioner yang memulai Qismun Nizham, yang kelak diadopsi sebagai Ma’had Aly.
Dalam prosesi hari jadi ke 280, bupati AJi juga menetapkan belarang menjadi baji khas pacitan Melalui keputusan Keputusan Bupati Nomor 188.45/134/KTPS/407.12/2015 tentang Pakaian Khas Pacitan yang melambangkan sifat warga pacitan penuh kesederhanaan.
“Baju Belarang khas Pacitan Untuk warna hitam atau putih disebut melambangkan sebuah kekuatan dan keseriusan. Sementara kancing berjumlah lima bisa diambil dari jumlah sila dalam Pancasila, bisa diambil dari jumlah sholat lima waktu dan bisa diambil sebagai identitas Pacitan dengan Gunung Limo. Kerah baju perpaduan model mataram kuno dan panjalu, tali kancing untuk menyatukan dua sisi biar tidak terjadi tumpeng suh, tumpeng tindih antara penguasa dengan rakyatnya,”demikian penjelasan Aji.
Reporter:Asri