Tak mau hidup dengan rasa was-was ditengah-tengah tanah retak, apalagi curah hujan masih sangat deras, warga terdampak terpaksa mengungsi.
Sementara ini mereka mengungsi di rumah kosong, sebagian lagi mengungsi di rumah tetangga dan saudaranya yang dianggap aman.
“Hujan deras malam tadi, ada suara gemuruh terus plethok-plethok, saya tengok lantai rumah ambles, saya takut sebab hujan masih deras, saya isteri dan anak terpaksa ngungsi di rumah kosong didepan itu,”ceritanya.
Dari kejadian itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD membenarkan. Sementara pihak BPBD sudah turun ke lokasi kejadian untuk memberikan bantuan darurat.
Tanah retak di Dusun Salam tersebut sudah ada gejala sejak tahun 2019, dan sudah direkomendasikan tidak layak huni.
“Kemaren malam itu curah hujan tinggi, pagi sampai malam, pagi hujan lagi sehingga timbulkan kerusakan. Ada kerusakan berat tidak dapat dihuni rumah warga sehingga harus mengungsi ke tetangga dan saudaranya,”kata kasi Kedaruratan dan logistik BPBD Pacitan radite Suryo Anggono.
Terkait rencana relokasi atau tidak bagi warga yang terdampak tanah retak, pihak BPBD akan koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait, saat ini yang dilakukan langkah darurat lebih dulu.
Retaknya tanah disebagian Dusun Salam tersebut menambah deret panjang bencana alam akibat cuaca ekstrim beberapa minggu terakhir ini.
"Untuk Nopember hingga awal Desember sudah capai puluhan bencan alam terjadi. Mulai dari banjir, tanah longsor memakan korban jiwa 1 orang dan ini ada lagi tanah retak. Kami tetap menghimbau warga waspada dan lebih peka terhadap perubahan alam yang terjadi disekitar tempat tinggalnya terutama pada musim hujan.”pungkasnya.
Reporter:Asri