78 Penduduk Pacitan Hidup Dengan HIV/AIDS. Penyumbang Angka Terbanyak LGBT dan Wanita Pekerja Seks

Posted by Radio Grindulu FM Pacitan 104,6 MHz on Jumat, Juli 19, 2024

GrinduluFM Pacitan - Bidang P2PL Dinas Kesehatan Pacitan mengeluarkan statistika penularan HIV/AIDS sepanjang 2024, kasus baru kumulatif HIV di Pacitan tercatat sebanyak 22 kasus, dan sepanjang tiga tahun terakhir sejak 2020, 2023 sampai 2024 ada 78 penduduk di Pacitan hidup dengan HIV/AIDS.

Dari jumlah tersebut kelompok beresiko tinggi yang harus menjadi perhatian dari semua kasus tersebut 74 persennya di derita oleh kelompok perilaku seksual yang menyimpang, seperti laki suka laki (LSL) atau LGBT dan Wanita Penjaja Seks (WPS).

Dari sejak tahun 2018, sebanyak 50 penduduk pacitan yang hidup dengan HIV/AIDS dinyatakan telah meninggal dunia, dan ada yang masih melakukan pengobatan seumur hidup di rumah sakit pacitan maupun diluar pacitan.

Adapun penderita anak-anak yang tertular dari ibunya sejak dalam kandungan ada 2 orang, diantaranya juga ada ibu rumah tangga baik-baik tertular dari suami karena perilaku seksual yang menyimpang, sisanya terbanyak karena perilaku seksual yang menyimpang.

“Laporan data Dinas Kesehatan pengidap HIV/AIDS dari tiga tahun terakhir mengalami dinamika turun naik. Tahun 2022 pengidap HIV/AIDS sebanyak 20 orang, sedangkan tahun 2023 ditemukan 36 orang dan tahun 2024 belum genap setahun sudah tercatat 22 orang.”ucap Kepala Dinas Kesehatan Pacitan dr. Daru Mustiko Aji.

Pekerja laki-laki dengan status lajang atau yang pekerjaan dan kehidupannya mengharuskan mereka tinggal bersama laki-laki, apalagi ditambah situasi pekerjaan yang membuat pekerja tidak dapat melakukan pengendalian dan perlindungan diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS. Disamping itu berbagai pekerjaan atau jabatan yang beresiko, misalnya karena adanya kontak dengan darah, dan cairan tubuh manusia, luka karena jarum suntik dan terpapar darah yang sudah terinfeksi.

Kepala Bidang P2PL Dinas Kesehatan drg. Nur Farida mengatakan, dari sebagian pengidap HIV/AIDS diantaranya merupakan angkatan kerja produktif berusia 15 sampai 49 tahun, ada juga anak-anak karena ditulari ibunya yang tertular dari pasangan atau suami.

"Penualran HIV/AIDS pada pengguna narkoba suntik dan perilaku seks menyimpang atau LGBT dan wanita pekerja seks saat ini meningkat pesat dan semakin mengkhawatirkan."terangnya.

Secara umum penularan penyakit HIV/AIDS melalui kontak cairan tubuh, seperti cairan vagina atau sperma saat melakukan aktivitas seksual, penggunaan jarum suntik secara bergantian. Adapun usia terbanyak adalah usia produktif dengan kelompok resiko tinggi antara lain LSL dan WPS.

Situasi HIV/AIDS di kalangan usia produktif menunjukan dinamika fantastis. Program pengurangan dampak buruk perilaku seks menyimpang tidak cukup berhasil selama ini, terbukti masih ditemukan akibat buruk hubungan seks menyimpang tersebut mengakibatkan menjadi pengidap. Tapi program pelaksanaan berbasis puskesmas yang dilakukan selama ini cukup meunjukan hasil menggembirakan.

Sekedar mengingatkan, perlu diketahui apakah itu HIV/AIDS merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

Virus penyebab hiv/aids terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang terinfeksi seperti di dalam darah, air mani atau cairan vagina. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 tahun sampai 10 tahun.

Walaupun tampak sehat, mereka dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungann sex yang tidak aman, transfusi darah atau pemakaian jarum suntik tidak steril secara bergantian. Sedangkan AIDS yang merupakan kependekan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah sindroma menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV.

Orang dengan HIV atau ODHA amat mudah tertular berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan didalam tubuhnya menurun. HIV/AIDS tidak ditularkan melalui jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan minum yang sama, gigitan nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.

Bisanya tidak ada gejala khusus pada orang-orang yang terinfeksi oleh hiv dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukan tanda-tanda atau gejala-gejala kehilangan berat badan secara drastis, diare yang berkelanjutan, pembengkakan pada leher dan atau ketiak dan batuk terus menerus.

Untuk cegah penularan HIV/AIDS di pacitan diperlukan gerakan massal. Sebab meskipun telah banyak hal yang dilakukan upaya penanggulangan AIDS di Pacitan harus terus diperluas, karena persoalan epidemi di pacitan telah masuk ke populasi umum.

"Data sampai pertengahan Juli 2024 jumlah kasus HIV/AIDS di pacitan sebanyak 22 kasus, sedangkan diperkirakan angka sebenarnya mencapi lebih dari yang di data kemungkinan fenomena gunung es, sehingga penanggulangannya tidak boleh parsial tetapi harus menyeluruh."tutup dr. Daru saat dikonfirmasi, Jumat (19/7/2024).

Reporter: Asri

Blog, Updated at: 16.01
Tuliskan komentar positif Anda di bawah ini
03