Apa itu ??? Resistensi antibiotik ialah suatu keadaan yang terjadi ketika bakteri atau mikro organisme lainnya menjadi tahan terhadap efek antibiotik yang seharusnya membunuh atau menghambat pertumbuhan mereka, bakteri yang resisten dapat terus berkembang biak dan menyebabkan infeksi yang sulit diobati.
Hadir pula mendampingi Sad Widyastuti M.Pharm. Clin dan Intan S.Farm saat berlangsungnya Talkshow berada di studio siar GrinduluFm berlokasi di lantai 4 kawasan Gedung Pertokoan Ratna Jl.Basuki Rahmat Penceng Pacitan..
Ketiga pembicara tersebut tergabung dalam Ikatan Apoteker Indonesia Pc Kabupaten Pacitan. Pembicara lebih fokus mengedukasi dan mengingatkan bahaya yang timbul sebagai akibat dari infeksi bakteri yang resistensi (kebal) terhadap antibiotik.
Antibiotik adalah obat yang ditujukan untuk mengatasi atau mencegah infeksi penyakit yang disebabkan oleh bakreri.
Siapakah yang rentan terdampak resistensi antibiotik, Anggun menjawab mereka yang rentan resistensi antibiotik adalah pasien yang menjadi resistensi terhadap obat anti TB atau biasa disebut TB MDR.
“Karena itulah kenapa sangat penting bagi pasien TB untuk disiplin minum obat dengan cara dan dosis yang benar. Tidak menghabiskan antibiotik yang diresepkan dapat membuat bakteri menjadii resisten atau kebal. Resistensi antibiotik bisa membuat bakteri jadi lebih kuat di tubuh.”tambah Claudia.
Disampaikan Yola kebanyakan kasus resitensi antibiotik adalah pola penyakit masyarakat, banyak dikenal masyarakat, antibiotic diaggap masyarakat sebagai obat andalan berbagaai macam jenis infeksi, Overus penggunaan antibiotik yang saah pada kasus infeksi ringan. Mis-use tidak adanya sarana diagnostik di beberapa tempat fasilitas pelayanan kesehatan.Under-Use minimnya dukungan secara finansial ketika ada kasus infeksi.
Claudia menegaskan dampak resistensi antibiotik adalah meningkatnya angka kematian, beban ekonomi meningkat, perpanjangan masa rawat inap, penggunaan antibiotik yang lebih lama sehingga meningkatkan resiko eso dan pengobatan cenderung lebih mahal.
Bagaimana cara mencegah terjadinya reistensi antibiotik? Tepat diagnosis, tepat pasien, prinsip penggunaan antibiotik.
“Lama penggunaan obat untuk infeksi ini minimal tiga hari dan bisa berlangsung lebih kalau infeksinya berlangsung. Jadi beberapa orang dirumah punya insiaitp sendiri untuk mengurangi lama penggunaan kurang tiga hari dampaknya istilahnya bakteri belum sampai mati dihentikan. Padahal bakteri punya mekanisme pertahanan diri. Bisa saja bakteri itu belum mati hanya lemah dan bisa bangkit lagi jadi resistensi.”terang Anggun.
Penggunaan antibiotik oleh masyarakat diantaranya tidak membeli antibiotik sendiri tanpa resep dokter, tidak menggunakan antibiotik untuk selain infeksi bakteri, tidak menyimpan antibiotik untuk persediaan di rumah, tidak memberi antibiotik sisa kepada orang lain, tanyaakan pada apoteker informasi obat antibiotik.
“Infeksi virus yang tidak memerlukan antibiotik diantaranya batuk pilek tanpa sesak, Influenza, cacar air, luka lecet, demam berdarah, diare cair tanpa darah dan hepatitis.”ujar Anggun
Lamanya pemberian dosis antibiotik yang digunakan pasien harus sesuai dengan kondisi penyakit yang diderita pasien. Sedangkan yang harus diperhatikan saat menggunakan antibiotik tanyakan pada apoteker informasi tentang antibiotik.
Penting kerja sama masyarakat dalam upaya pencegahan resistensi antibiotik mengingat pencegahan lebh dari pada mengobati, dia juga mengingatkan pentingnya sikap kehati hatian dalam konsumsi antibiotik, jenis obat ini hanya boleh diresepkan oleh dokter jika pasien terindikasi mengalami infeksi bakteri. Makanya masyarakat jangan pernah sembarangan gunakan antibiotik sendiri. Selain itu jangan pernah menyimpan antibiotik di rumah sebab antibiotik harus diminum habis.
“Untuk mencegah resistensi antibiotik ada beberapa indikator harus diperhatikan, antibiotik macamnya sangat banyak dan bakteri itu macamnya banyak yang menyebakan penyakit sehingga harus ada pendampingan dari tenaga kesehatan bagi pasien.”jelas pembicara.
Ketiga pembicara pun sepakat bahwa sebenarnya antibiotik perlu digaris bawahi hanya untuk menangani karena infeksi bakteri bukan virus bukan jamur atau mikroba lainnya.
“Resistensi antibiotik bisa kita cegah dengan lakukan pengobatan rasional, percayakan kepada kami tenaga kesehatan kami siap mendampingi. Resistensi antibiotik tangungjawab kita bersama, masyarakat, tenaga kesehatan juga lintas sektor karena dampaknya akan kembali ke kita.”tutup ketiga pembicara.
Reporter/Penulis:Asri