Kepala BPS Pacitan Wisma Eka Nurcahyanti mengatakan saat ini masih banyak pihak yang belum memahami tentang konsep dan definisi data data statistik yang dihasilkan oleh BPS.
“Kita adakan FGD ini agar lebih banyak lagi yang memahami konsep dan definisi data statistik yang dihasilkan BPS.”katanya.
Narasumber kegiatan FGD Sekretaris Bapeda Pacitan Mochamad Chusnul Faozi mengatakan kemiskinan di Pacitan masih di atas rata rata nasional. Gergaji tangkis yaitu Strategi Penanganan Kemiskinan menjadi jurus jitu setidaknya bisa mengurangi angka dalam setiap tahunnya.
Prosentase penduduk miskin tahun 2023 turun sebesar 0,15 persen dari tahun 2022. Kalau melihat trennya dari tahun 2021 angka kemiskinan terus alami penurunan walaupun dari 2022 ke 2023 turunnya tidak sebanyak dari tahun 2021 ke tahun 2022.
Pemimpin yang berhasil itu harus bahagia dan bisa membuat bahagia sejahtera rakyatnya, terutama mampu mengurangi kemiskinan dan pengangguran.
Jika melihat data BPS jumlah penduduk miskin di Pacitan saat ini masih tersisa 76,20 satuan ribu jiwa atau 76 ribu 200 warga di Pacitan saat ini kondisinya miskin.
Ditegaskan Khusnul siapapun orangnya yang peduli dengan pacitan maju lebih baik harus memiliki visi misi yang sama dengan pemerintah yang berkuasa sekarang sehingga akan terwujud Pacitan sejahtera dan bahagia.
“Kalau saya lihat raport Pemerintahan AJi - Gagarin itukan disampaikan tahunan di LKPJ Bupati. Kalau saya lihat di gambaran kemaren sebenarnya sudah oke. Dari beberapa target nilainya juga tidak ada yang rendah kan gitu. Karena sekali lagi ya itu angka itu kita lihat kita on the track. Kemiskinan terus turun, IPM naik dan soal target kita akan terus kejar. Harapannya tahun depan IPM bisa naik dari cukup menjadi baik sekitar 70an.”ucapnya.
Sementara penduduk menganggur di Pacitan tahun 2023 masih ada sekitar 6,73 ribu jiwa. Jika dilihat dari jenis kelamin ternyata laki laki lebih banyak menyumbang angka pengangguran dibanding perempuan.
Deni Cahyantoro Asisten III Setkab Pacitan mewakili Sekda Pacitan Heru Wiwoho mengatakan suka tidak suka diakuinya sumber daya manusia di lingkup Pemkab Pacitan dengan terus terang untuk pemahaman terkait dengan statistik banyak yang tidak tahu dan belum paham. Pemahaman awam terhadap kemiskinan pengangguran itu kadang kadang tidak seiring sejalan dengan pemahaman ilmunya BPS. Ini yang perlu adanya transfer pengetahuan khususnya ke sdm di bapeda dan kominfo bidang statistik, mereka harus oke dengan itu dan bisa memahami itu sehingga skpd lain pun juga bisa oke lebih paham sehingga intervensi mereka akan lebih tepat.
“Karena sering beranggapan kita ini masih seperti orang awam. Misalnya memahami orang nganggur itu tentu kita beranggapan dia pengangguran tapi belum tentu. Orang yang kita suplai bansos misalkan kita anggap dia terentas dari kemiskinan tapi yo belum tentu juga karena gini indikator di temen temen bps tidak itu. Indikator kemiskinan itu di level apa saja, di bidang apa saja. Makanya dengan kegiatan FGD ini bisa memahami data statistic. Karena saya akui di bapeda itu banyak yang tidak punya latar belakang statistic. Tidak ngerti ilmunya temen temen statistik. Kalau tidak pernah ketemu kayak gini ini gak akan tahu. Aku itu intervensi di apa. Sebenarnya itu.”pungkasnya.
Reporter/Penulis: Asri