Musim kemarau sudah melanda warga masyarakat pacitan sejak 4 bulan terakhir. Diperkirakan puncak kemarau terjadi Bulan Agustus – September 2023. Tidak berlebihan jika warga di himbau untuk waspada akan munculnya penyakit pilek batuk panas muntah nggreges diare dan juga penyakit mata.
Hembusan angin muson timur – tenggara yang membawa masa udara dari benua australia yang bersifat dingin dan kering tersebut membuat warga gampang terkena batuk pilek dan juga nggreges.
Menurut dr Daru Mustikoaji Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, debu faktor pemicu terjadinya batuk pilek nggreges. Selain itu perlu waspadai diare sebab pacitan masuk daerah zona kekeringan yang berpengaruh terhadap kualitas air bersih untuk konsumsi.
“Cuaca kan mempengaruhi ketahanan tubuh juga, memang banyak flu, kemudian disertai batuk dan juga nggreges. Apalagi Agustus ini musim kering biasanya debu yang memicu pilek. Yang penting jaga daya tahan tubuh dan kalau terkena flu pakai masker agar tidak menulari temannya. Termasuk sering cuci tangan.”ucapnya.
Meski musim kemarau identik dengan penyakit ISPA akan tetapi warga juga diminta untuk tetap waspada Demam Berdarah (DB). Kekhawatiran ini tidak berlebihan karena Pacitan sebagai daerah endemis.
“Terkadang ada hujan turun ditengah kemarau, kita kadang lalai dengan barang dan wadah terbuka. Itu bisa sebagai sarang perkembangbiakan jentik nyamuk.Jangan lupa kita sebagai daerah endemis Demam Berdarah.”tegasnya.
Upaya yang dilakukan Dinkes Pacitan untuk hindari penyakit musim kemarau dengan aktipkan menerapkan PHBS Pola Hidup Bersih dan Sehat.
‘Masyarakat diminta peka terhadap keadaan sekitar. Penyakit ISPA itu dapat menyerang semua usia.ISPA biasanya menyerang pernapasan yang dipicu debu yang meningkat saat musim kemarau bercampur angin.”pungkasnya.
Reporter/Penulis:Asri