Escherichia coli salah satu bakteri yang tergolong Coliform lanjut dokter Hendra dan hidup secara normal didalam kotoran manusia maupun hewan. Coliform itu merupakan indicator pencemaran air. Kuman penyakit terbawa dalam air minum biasanya melalui kontaminasi tinja ataupun telah ada sebelumnya dalam air tanah. Terkadang manusia tidak cermat dalam mengatur sisa sisa pembuangan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan dokter Hendra Purwaka mengatakan, secara bergantian warga terkena diare sejak tanggal 17 Desember dan puncaknya tanggal 23 Desember 2022.
“Sampai hari ini rabu 4 Januari 2023 total ada 93 kasus. Kasus diare tersebar dan terbagi menjadi 5 kluster kasus per dusun dimana jarak antar dusun cukup jauh. Dusun Ngobyok tercatat ada 8 kasus, Dusun Krajan tercatat 7 kasus, Dusun Kaligoro 5 kasus, Dusun Karangturi 21 kasus dan Dusun Secang tercatat 2 kasus diare.”katanya
Hingga Rabu (4/01/2023) laporan dari Puskesmas Sukorejo sudah menangani 93 warga yang mengalami diare. Dari jumlah tersebut 1 diantaranya dirujuk di rumahsakit dan dilaporkan meninggal karena mengalami dehidrasi dan syok. Sedangkan sisanya dilaporkan berangsur sembuh.
“Rata rata hampir semua mengalami diare baik ringan maupun berat, beberapa kasus disertai mual(37%) muntah (18%) dan 1 kasus dilaporkan meninggal karena yang bersangkutan tidak mau dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mengalami dehidrasi dan syok dan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah dr.darsono Pacitan dan meninggal di rumah sakit.”ungkapnya
Ditambahkan dokter Hendra, penyebab utama dari kejadian darurat diare di Desa Sumberejo Sukorejo Kecamatan Sudimoro tersebut karena kondisi sumber air rumah yang tidak sehat untuk konsumsi.
“Kasus diare massal diketahui awal adanya laporan tanggal 17 Desember 2022, puncak kasus terjadi tanggal 20 Desember 2022 dan tanggal 26 Desember 2022 hingga tanggal 4 Januari 2023 masih ada kasus rawat inap di Puskesmas Sukorejo. Semua kasus sampai dengan hari ini dilakukan intervensi dengan kunjungan rumah KIE dan pembagian logistic.”imbuhnya
Dinas Kesehatan mengklaim sudah lakukan pengecekan sumber air yang digunakan warga. Hasil pemeriksaan Laboratorium sementara menunjukan sumber air terkontaminasi bakteri E-Coli.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan menegaskan, kejadian darurat diare di wilayah timur ini perlu menjadi kewaspadaan bagi warga di wilayah lain. Pasalnya, secara epidemiologis semua kasus terkumpul pada kluster di Dusun masing masing tidak ada riwayat kontak pada sebuah acara besar maupun pekerjaan yang sama antar kluster.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan dokter Hendra menyebutkan, berdasarkan pemakaian air baku untuk air minum data yang ada di masing masing dusun berbeda beda. Sebagian besar menggunakan air sumur gali (60,5%) sumber air atau disebut mereka dengan embung (16%) PDAM (18%) sisanya memakai tampungan PAH.
“Sumber air yang dipakai semua kepala keluarga pada KLB Diare Sukorejo PDAM ada 8 kk, Sumber ada 7 kk, sumur gali ada 26 kk dan PAH ada 2 kk.”sebutnya
Dilanjutkan dokter Hendra Purwaka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan, kasus diare di Desa Sumberejo Sukorejo itu belum ditetapkan KLB Kejadian Luar Biasa dengan alasan yang berhak memutuskan kejadian luar biasa itu pemerintah daerah. Oleh karena itu dinas kesehatan sekarang hanya memberikan status darurat diare.
“Adapun rata rata gejala yang muncul KLB Diare warga Desa Sukorejo tersebut mual, panas, pusing, muntah, diare, nyeri perut dan syok.”lanjutnya
Dilaporkan olah data darurat diare yang terjadi di Desa Sumberejo Sukorejo untuk umur 0-5 dilaporkan ada 8 kasus, umur 6-12 tahun tercatat 5 kasus, umur 13-50 tahun tercatat ada 18 kasus, umur 50-60 tercatat 7 kasus dan umur 61 keatas ada 5 kasus.
“Kelompok umur terbesar rata rata pada usia produktif yaitu usia 13-50 tahun. Pada kelompok umur balita terdapat 8 kasus dimana usia terkecil pada usia 1 tahun.”pungkasnya
Editor: Asri