Selain indikator pernikahan dini, kemiskinan, masalah sanitasi jamban, asupan gizi, kelayakan air bersih, usia orangtua terlalu muda dan orangtua terlalu tua juga ikut sebagai penyumbang keluarga beresiko stunting.
“Ya memang benar orangtua terlalu muda atau tua ikut sebagai indikator. Terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering, terlalu banyak (4T).”katanya
“Desa 10 locus itu kita menemukan jumlah total 10.375 keluarga beresiko stunting yang tertinggi di tulakan.”ungkapnya
Tidak dipungkiri Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Kabupaten Pacitan Jayuk Susilaningtyas, banyaknya pernikahan remaja di Pacitan selama belasan tahun yang terus melonjak angka kasusnya suka tidak suka memang menjadi penyumbang deret angka panjang jumlah keluarga beresiko stunting di Kabupaten Pacitan.
Untuk diketahui, sejak tahun 2007 hingga 2021 angka permohonan dispensasi kawin atau bahasa kerennya nikah dini sesuai data Pengadilan Agama tidak pernah turun. Baru memasuki tahun 2022 dilaporkan ada penurunan permohonan dispensasi kawin meski tidak signifikan turunnya.
Tidak berlebihan jika kemudian tingginya angka dispensasi kawin tersebut ikut menjadi indikator yang menyebabkan banyaknya keluarga beresiko stunting.
Jayuk menjelaskan, angka keluarga beresiko stunting yang diambil dari verifikasi pendataan keluarga verval selalu fluktuatif. Namun pihaknya optimis Pacitan harus zero stunting.
Prevalensi stunting di Pacitan tahun 2021 dikisaran 22,7 persen. Sedangkan untuk tahun 2022 target 20%. Adapun akhir tahun 2023 target 16 persen. Pada tahun 2024 target stunting di Pacitan 13 persen.
“Jumlahnya sewaktu waktu bisa berubah. Dari hasil verivikasi tahun 2023 ini dari 10 Desa locus tinggal 8578 keluarga beresiko stunting dari jumlah sebelumnya 10.375.”jelasnya
Di tekankan Jayuk, Pacitan memiliki target setiap tahunnya untuk menurunkan angka stunting. Oleh karena itu, Tim Pendamping Keluarga menggandeng OPD terkait dalam melakukan penanganan percepatan penurunan stunting secara sinergitas melalui KIA. Sementara melalui program KIA ini Jayuk berharap besar Pacitan bisa zero stunting dalam lima tahun kedepan.
“Harapannya semoga program KIA yang kita laksanakan kemudian pendampingan dengan lintas sektor yang kita laksanakan untuk keluarga yang beresiko bisa tidak ada sehingga nanti tidak akan menimbulkan keluarga keluarga resiko stunting.”pungkasnya
Reporter/Penulis: Asri