“Iya, lampu itu diganti karena life time-nya habis, nggak pernah ada penggantian karena minimnya anggaran pemeliharaan.”katanya
Yang sedikit memprihatinkan dari 3400 titik lampu di jalan ternyata seluruhnya sudah dalam kondisi habis waktu hidupnya dan segera butuh penggantian.
“Lampu kurang terang diganti ada 24 titik. Lampu itu mahal harganya sampai lima juta per bijinya.”ungkapnya
Lagi lagi alasan klasik, karena minimnya anggarannya dan dampak refocusing pergantian lampu jalan sampai saat ini baru bisa dilakukan di 24 titik saja. Data laporan masuk dinas perhubungan untuk kondisi lampu rusak atau mati sudah hampir 90 persen dari jumlah total. Diklaim Wasi Prayitno, kondisi lampu mati langsung tertangani.
“Banyak lampu berusia lama di jalan itu, karena anggaran minim. Setahun ratusan lampu di jalan sudah mulai redup.”ujarnya
Tidak hanya persoalan lampu jalan di kawasan protokol saja yang membuat prihatin Dinas Perhubungan. Kondisi kelayakan mobil crane yang dimiliki untuk perbaikan lampu jalan dan memangkas pohon dinilai sudah usang. Usianya sudah 18 tahun dari awal pembelian tahun 2004 silam.
“Saya sudah memperjuangkan adanya pengadaan mobil crane tapi tampaknya lagi-lagi karena minimnya anggaran, usulan itu pending terus. Anggaran APBD tak cukup untuk beli mobil crane, sebab jika beli mobil crane maka pengujian bisa tutup dan tidak bisa pelihara lampu.”ungkap Wasi
Kondisi mobil crane untuk memperbaiki bola lampu itu menurut Wasi Prayitno sudah sangat sangat perlu diganti. Pasalnya, untuk menjangkau geografis pacitan sudah tak kuat lagi.
“Mobil crane kita itu hanya 1 unit loh, itupun sudah tidak laik pakai pada daerah daerah tertentu atau medan berat. Sehingga kalau mau lewat harus putar lewat jalur aman.”pungkasnya.
Editor: Asri N