Tidak mau kecolongan lagi dengan serangan anthraks di Gunungkidul akhir akhir ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan rutin lakukan vaksinasi hewan dan juga ekstra tingkatkan pengawasan keluar masuknya hewan. Tidak itu saja, pengiriman sampel tanah bekas lokasi hewan mati karena anthraks.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tjahjo Adhi S mengatakan, untuk mencegah penularan penyakit anthraks, Poskeswan di instruksikan tingkatkan kegiatan pengawasan. Selain itu Provinsi juga memerintahkan agar Pacitan lebih tingkatkan kewaspdaan.
"Tiap kali ada kejadian yang dicurigai anthraks kita kirim sampel, Awal tahun kita ngirim 12 sampel dari Pringkuku dan Donorojo hasilnya semua negatip."kata Tjahjo.
Selain itu tahun 2022 ini Pacitan mendapatkan jatah membangun poskeswan rintisan di Punung untuk antisdipasi anthraks dan penyakit hewan lainnya.
Tidak berlebihan memang kekhawatiran Tjahjo, sebab tahun 2021 di Pringkuku ada laporan manusia diduga terpapar anthraks. Lalu Donorojo juga melaporkan adanya kejadian kematian ternak mendadak dengan ciri ciri menyerupai anthraks.
“Jadi dengan dua laporan itu, kita langsung ambil sampel dititik kejadian atau tanah sekitar lokasi bekas mengubur hewan ternak yang mati kena anthraks untuk diperiksa dan ternyata negatip hasilnya, tapi kita tetap waspada.”katanya
Dalam kesempatan yang sama dr.Hewan Kus Handoko ikut menguatkan untuk kekhawatiran munculnya anthraks di Pacitan menanggapi serangan anthraks di Gunungkidul. Mengingat Pacitan sudah pernah ada dan sporanya tidak kelihatan perlu waspada.
“Tetap dimungkinkan di Pacitan muncul suatu ketika terutama di wilayah barat. Spora itu kalau tanpa perlakuan usia produktifnya puluhan bahkan ratusan tahun.”jelasnya
Untuk antisipasi cegah anthraks sapi dan domba, satu satunya cara yang selama ini dilakukan dengan vaksinasi.
Vaksin ternak ini wajib, akan tetapi masih banyak ternak yang tidak tervaksin karena ketersediaan vaksin terbatas. Dan usia ternak yang tidak memungkinkan masih di bawah umur dan bunting serta ternak kondisi sakit.
“Vaksin kita terbatas, untuk vaksin populasi di daerah rentan itu kita ulang 6 bulan sekali. Kemudian untuk daerah yang resiko atau terancam itu satu tahun sekali. Nah perhitungan ternaknya kita butuh sekitar 45 ribu dosis. Tahun kemaren kita hanya punya 2 ribu dosis. Jadi karena jumlah terbatas, kemaren kita optimalkan di tempat-tempat yang secara historis pernah ada kasus.”pungkas dokter hewan Kus Handoko.
Editor: Asri N