Simulasi sudah dilakukan di daerah daerah rawan, yang diperkirakan lebih banyak kena dampak dari megatrush dan tsunami. Kesiapan Pemkab dan warga harus dimatangkan agar banyak yang selamat. “Kita sudah lakukan simulasi cuma kita lihat geografis dampak paling besar di pacitan, saya pikir semuanya harus siap. Mudah mudahan tidak terjadi, tapi tidak ada salah kalau kita menyiapkan diri, banyak negara diposisi itu karena kesiapan matang mereka bisa selamat. Minimal dengan simulasi ini warga tahu harus lari kemana, tahu jalan evakuasi kemana dan tidak kacau, mereka tahu titik lokasi aman sementara untuk menyelamatkan diri.”ujar Kemensos RI.
Ditambahkan Kemensos RI Tri Risma, masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) bagi Daerah dalam skenario evakuasi mengingat sulitnya akses keluar warga dari perkampungannya menuju titik tempat evakuasi. “Kita perlu siapkan titik evakuasi baru atau tempat selter sementara.”lanjut Kemensos RI.
Selain itu Tri Risma juga mewanti wanti BPBD, Tagana dan TKSK (Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan) dalam penanganan pasca gempa dan tsunami. Mereka ini yang dianggap sebagai garda terdepan saat terjadinya bencana di daerah harus cek betul dan tahu betul lokasi untuk evakuasi warga benar benar aman atau masuk zona hijau, mereka diminta cek kembali jalur jalur yang akan mudah dilewati warga. Mengingat hampir semua titik desa di pacitan masuk zona bahaya, karena pemukiman padat penduduk dan banyak terhalang jembatan untuk lari ke zona aman jika benar benar terjadi megatrush dan tsunami.
“Kondisi ini harus sering sering disimulasi, tolong dicek BPBD, tagana dan TKSK.”tuturnya, Ironisnya, dalam uji rambu yang di tinjau langsung menteri sosial tersebut, keberadaan alat peringatan dini tsunami (EWS) Early Warning System) banyak yang rusak. Menurut menteri sosial itu bukan rusak tapi dirusak. “Jadi karena itu kita nanti pasang rambu rambu itu tolong jangan dirusak karena itu kunci penyelamatan diri.”pungkas Mensos RI Tri Rismaharini.
Editor : Asri Nuryani