Melihat kondisi pacitan yang memiliki dampak terbesar dari gempa dahsyat 8,7 SR dan tsunami, begitu juga diperkirakan genangan gelombang tsunami sampai ke aloon aloon titik tengah kota pacitan sekitar 7 meter, maka kalau untuk lari perlu waktu lama. Padahal waktu tersisa hanya 30 menit. BMKG merekomendasikan perlu dibuatkan jalur evakuasi sementara yang jelas dengan rambu rambu agar bisa segera naik ke atas karena jarak tingginya bagian tengah butuh waktu lama. Kalau yang dekat bukit bisa langsung naik ke ketinggian.
“Perlu tempat evakuasi sementara agar bisa segera naik ke atas karena jaraknya ketinggian untuk bagian tengah atau aloon aloon butuh lama karena itu butuh tenpat evakuasi sementara yang vertikal. Dan jangan lupa ya warga di pacitan sering sering latihan simulasi penyelamatan diri.”imbuh Dwikorita.
Melihat potensi megatrush dan tsunami di pacitan tidak boleh dipandang remeh, Dwikorita menjelaskan, kajian sudah banyak dilakukan oleh banyak pakar, tidak hanya BMKG, ITB, UGM pakar pakar sudah ada. Yang penting bagaimana menjabarkan kajian itu kedalam suatu aksi. Jangan terlalu banyak mengkaji mengkaji gak ada aksi. “Nah.., kami hari ini itu mentransformasikan kajian kedalam aksi. Skenario terburuk ketinggian adalah 28 meter waktu datangnya 29 menit dikurangi 5 menit untuk peringatan dini tinggal 24 menit. Lalu aksinya bagaimana, hari ini kita menjabarkan menjadi aksi untuk menyelamatkan masyarakat.”ujarnya.
Ditambahkan Dwikorita, banyak Pekerjaan Rumah yang masih harus diselesaikan dalam evakuasi penyelamatan warga dari dahsyatnya megatrusht dan tsunami di pacitan adalah bagaimana mengetes percepatan bergerak dari aloon aloon menuju bukit, sebab hasil kajian air mencaai 7 meter sampai aloon aloon, ini masih banyak ada 12 titik bisa dijangkau secara paralel, ini PR kita.”tutup Dwikorita.
Editor : Asri Nuryani