Grindulu FM, Pacitan - Hati hati bagi orangtua yang terlalu memanjakan anaknya, karena pola asuh jenis permisif tersebut justru bisa berdampak buruk bagi jiwa anak.
dr. Endang soekartiningsih Spesialis Jiwa RSUD dr. Darsono Pacitan menjelaskan, untuk anak yang diberi pola asuh jenis permisif atau terlalu dimanjakan justru memiliki kesempatan besar sebabkan gangguan jiwa berat pada anak. Alasannya jenis pola asuh tersebut tidak memiliki tantangan sama sekali pada jiwa anak. Apapun yang di minta anak selalu saja di turuti.
“Jadi kebetulan tesis saya tentang pola asuh, Pola asuh saya bedakan dalam tiga garis besar. Satu pola asuh jenis demokratis, kedua otoriter dan ketiga permisif. Dari ketiga itu mana yang paling menyebabkan kans gangguan jiwa berat adalah pola asuh yang permisif apa apa dituruti di mana tidak ada tantangan sama sekali.”jelas dokter Endang Spesialis jiwa
Meskipun pola asuh otoriter juga memiliki kans tinggi pada gangguan jiwa berat akan tetapi lebih banyak pola asuh permisif dampak buruknya pada jiwa anak. Lalu mana yang lebih baik adalah pola asuh jenis demokratis dimana anak dan orangtua ada saling diskusi.“Ada win-win solusinya.”tutur dokter Endang
Dijelaskan dokter Endang, gaya permisif merupakan gaya pola asuh orang tua yang gemar memanjakan dan memiliki sedikit tantangan atau harapan bagi anak. Meskipun kecil menimbulkan konfrontasi antara orangtua dan anak akan tetapi sangat di sayangkan lanjut dokter Endang Spesialis Jiwa RSUG dr. Darsono itu, ujungnya lebih kerap mencetak pribadi yang tak mandiri mereka ini akan cenderung mengalami maslaah yang buruk di lingkungan sosialnya.
Spesialis Jiwa dokter Endang menambahkan, jika melihat data pasien yang datang ke poli jiwa RSUD dr. Darsono akhir akhir ini memang lebih banyak usia produktip yang mengeluh dengan keluhan sama yakni gangguan kecemasan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu ternyata gangguan kecemasan pada usia anak juga mulai banyak.
“Sekarang banyak usia produktip usia anak anak juga mulai banyak remaja terutama dari situ kan kepribadian terbentuk sejak usia 18-20 tahun. Ini dalam jati diri anak kebanyakan kurang baiknya ya di pola asuh tadi.”tambahnya
Selain ke tiga gaya pola asuh tersebut, ternyata gangguan jiwa juga bisa dipengaruhi dari lingkungan seperti sekolah dan pergaulan. Untuk membuktikan diri agar diterima dalam lingkungan bergaulnya maka anak rela ikut minum minuman keras, menggunakan zat berbahaya narkoba.
Lalu apa lagi yang bisa menyebabkan orang bisa terkena gangguan jiwa berat? dokter Endang kembali menjelaskan, gangguan jiwa itu terkait dengan tiga hal dalam diri setiap makhluk hidup yang bernama manusia yaitu biologis, psikologis dan sosial.
“Biologis memang karena kondisi sistem saraf di otak mengalami kelainan, misal epilepsi, kejang kejang, tumor, infeksi atau ada juga penyalahgunaan zat berbahaya narkoba berbahaya pengaruhi biologis otak. Karena aktivitas kita itu yang mengendalikan otak kita. Lalu kedua psikologis dalam kehidupan sehari hari misal stres. Timbul adanya problem dengan anak, isteri, suami atau lingkungan kerja maupun sekolah. Problem sosial inilah yang agak susah ya, faktor ekonomi, geografis ketiganya saling keterkaitan. Sosial terganggu stres, psikologis terganggu biologis juga ikut terganggu.”jelas dokter Endang
Dari ketiga faktor tersebut, kenapa gangguan jiwa bisa terjadi pada seseorang memang tidak bisa di jauhkan dari kehidupan manusia lanjut dokter Endang. “Stres itu selalu dialami siapa saja. Kalau gak stres kita gak hidup. Sudah mati berarti dong.”tutur dokter Endang sambil tertawa kecil
Di masa pandemi Covid-19 kali ini juga tidak dibantah oleh dokter Endang jika ada kenaikan pasien gangguan jiwa terutama gangguan kecemasan. “Kalau gangguan jiwa berat kan sudah ditangani puskesmas.”lanjut dokter Endang
Terkait persoalan gangguan jiwa memang tidak bisa hanya diserahkan pada tenaga medis saja. Akan tetapi butuh penanganan multi sektoral. Adanya selter bagi penderita gangguan jiwa berat (ODGJ) yang membahayakan orang disekitarnya juga sangat di perlukan di daerah.
“Selter, ya selter menurut saya perlu ya. Kan sebelum dirujuk jika memang bahaya bagi orang di sekitarnya bisa diamankan dulu di selter.”tutup dokter Endang menyudahi wawancaranya
Editor : Asri Nuryani