Grindulu FM, Pacitan - Pacitan pernah memiliki angka orang di pasung cukup tinggi 10 tahun lalu sebelum tahun 2013. Hingga saat ini, jumlah orang dipasung masih diangka 16 orang. Mereka dipasung tapi tidak dibelok seperti dulu, mereka ini cukup ditempatkan diruang khusus sendirian.
Ada satu yang baru saja dilakukan perawatan dan pemantauan oleh petugas puskesmas mengalami depresi sampai nyaris bunuh diri karena diberhentikan (PHK) dari perusahaannya bekerja dimasa Pandemi. “Ini untuk pasung tinggal 16 orang. Tapi ada yang rutin pengobatannya, kalau ada yang ngamuk kita sudah kerjasama dengan rumahsakit di solo setiap bulan kita kunjungi kita beri obat. Kemaren ada baru, depresi karena resign dari tempatnya bekerja. mau di rujuk malah melarikan diri hendak bunuh diri.”kata Baskoro Kabid P2PL Dinkes Pacitan
Meskipun Pacitan sudah melaunching bebas pasung sejak tahun 2013 lalu tapi angka orang dipasung sampai tahun 2020 ini ternyata masih menjadi perhatian karena masih ada ditemukan orang dipasung akibat ngamukan dan membahayakan orang lain maupun diri sendiri. Bedanya, kalau orang dipasung sekarang tidak lagi di belok diikat kedua kakinya, tapi mereka hanya dimasukan dalam kamar sendirian dan ruangannya terkunci.
Baskoro Catur Haryo Kabid P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan menambahkan, dengan masih adanya orang dipasung baik itu kasus baru ataupun kambuhan menunjukan jika Pacitan belum bisa bebas pasung sesuai program Pemerintahan yang di canangkan tahun 2013 silam. “Sebenarnya jumlah orang dipasung sudah mengalami penurunan dibanding 7 tahun lalu. tapi tahun ini ada lagi yang kambuh.”jelas Baskoro
Menurutnya, jumlah pasien dipasung itu taklepas dari upaya dinkes melakukan penanganan ODGJ pasung maupun tidak dipasung. Salahsatunya dengan pembentukan petugas khusus menangani agar mereka tidak membahayakan orang disekitarnya dikala kumat apalagi sampai ngamuk membawa senjata tajam. Bahkan untuk melakukan pendampingan pengobatan terhadap orang orang gangguan jiwa dipasung yang mengancam ngamuk juga dibangun posyandu jiwa.
Diharapkan dengan pengobatan dan perawtan rutin orang dengan gangguan jiwa dipasung akan berkurang.
“Rata rata penderita gangguan jiwa dipasung ini akibat faktor keturunan dan sebagian karena masalah kehidupan asmara dan depresi dan setelah mendapatkan penanganan medis kebanyakan mereka ini sembuh tapi potensi kambuhan jika tidak rutin pengobatannya.”pungkas Baskoro Catur Haryo
Editor : Asrinuryani